Rabu, 31 Desember 2014

Ternyata Aku Melankolis

Menurut seseorang, manusia punya 4 jenis kepribadian : Melankolis, Plegmatis, Sanguinis, dan Koleris. Dan tiap orang punya 4 kepribadian tersebut, hanya saja ada salah satu yang lebih dominan dari yang lainnya. Dan setelah membaca-baca, ternyata aku lebih cenderung Melankolis. Melankolis biasa disebut dengan si sempurna. Sebelumnya, ku akui aku ini bukan orang yang sempurna karena pada dasarnya manusia tiada yang sempurna. Kesempurnaan sejati hanyalah milik Allah SWT semata. Namun aku yang selalu ingin terlihat sempurna dalam berpenampilan. Saat memarkir motor pun selalu berkali kali mengecek sudah terkunci apa belum. Hal ini cocok dengan kepribadian tipe Melankolis. Saking ingin terlihat sempurnanya, sangat sering aku bercermin dan membawa sisir bila ke kampus. Sampai ke kampus, mampir ke wc untuk bercermin lagi untuk menengok penampakan rambut. Apakah tatanannya berubah atau tidak gara2 helm yang aku pakai.

Saat permasalahan menerpa, entah itu masalah uang, organisasi, kuliah, dan asmara pun. Jarang sekali aku mau menceritakan masalahku, bahkan dengan orangtuaku sendiri sekalipun. Bila masalah menimpaku, aku lebih sering menyendiri ke suatu tempat untuk menenangkan diri. Memang sih, solusi tak akan datang dengan cepat bila dipikirkan seorang diri. Tapi bagiku penyendirian yang penuh renungan tersebut, bisa membuatku menjadi tenang dan kembali bersemangat untuk segera menyelesaikan permasalahan. Terkesan introvert memang, karena melankolis pun juga cenderung introvert. Walaupun kadang juga bisa menjadi ekstrovert ketika suasana hati senang dan bahagia.

Walaupun bila ada masalah selalu dipikul sendiri. Bukan berarti sulit menyelesaikan permasalahan. Contohnya ya: Mata kuliah Manajemen yang penuh dengan permasalahan sdm yang butuh solusi, Alhamdulillah aku bisa mendapat nilai A dari ibu dosen. Maaf ya kalo rada sombong, ini tapi ya kenyataannya memang begitu Hehehe. Melankolis memang punya kelebihan dalam hal analitis dan pemikiran. Karena melankolis memang cenderung lebih ke pemikir. Lemahnya kadang malah terlalu lama berpikir karena banyak pertimbangan yang terlalu ini ita itu.

Selain terkenal sebagai seorang pemikir, si melankolis ini juga seorang pengamat. Pengamat yang selalu memperhatikan setiap orang yang dilihatnya. Aku pun demikian, banyak orang yang aku tahu tentangnya. Walaupun dia tak tahu menahu tentang diriku yang sebenarnya, bahkan malah orang tersebut tidak mengenalku. Tapi aku tahu dia hahaha Ya memang begitulah kehidupan seorang pengamat. Stalking dan kepo adalah keseharian yang sering aku lakukan. Demi memenuhi rasa keingintahuanku

Hemat namun belum mau keluar dari zona nyaman. Mengingat uang pemberian orangtuaku yang tak begitu banyak untuk hidup di kota pelajar. Hemat adalah hal mutlak yang harus aku lakukan. Alhamdulillah tiap akhir pekan/akhir bulan selalu ada uang sisa. Uang sisa yang bisa aku kumpulkan untuk membeli perlengkapan pribadi di kemudian hari. Walaupun termasuk hemat, aku kecewa dengan diri sendiri karena belum mau dan bisa keluar dari zona nyamanku. Karena terlalu berhati-hati dalam beraktivitas dan memutuskan sesuatu. Padahal aku juga tahu, kalau aku mampu keluar dari zona nyaman dengan segera. Kesuksesan akan lebih cepat datang kepadaku. Semoga setelah aku menulis tulisan ini, aku segera keluar dari zona nyamanku ini.

Kepribadian-kepribadian tadi hanya beberapa dari dari seluruh kepribadianku ataupun kepribadian seorang melankolis. Kalau ingin tahu tipe kepribadian melankolis lebih detail, bisa menghubungi pakar kepribadian manusia. Aku disini cuma cerita dikit hehehe  Tiap tipe  kepribadian jelaslah punya kelebihan ataupun kelemahan. Begitupula dengan kepribadian tipe melankolis. Dan tiap kepribadian yang ada pada diri kita juga masih bisa berubah. Marilah pertahankan kelebihan yang kita miliki, dan kita hilangkan kelemahan yang kita miliki. Demi manusia yang berguna bagi bagi manusia lainnya. Karena sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang berguna bagi orang lainnya.


Sabtu, 27 Desember 2014

Sebuah Teladan dari Sungai

Bila kita cermati tiap sungai pasti mengalir dari hulu ke hilir. Aliran sungai mengalir dengan begitu tenangnya. Mengalir mengikuti jalurnya, berbelok ketika jalurnya berbelok, lurus ketika jalurnya lurus. Ketika ada hadangan di depan, aliran sungai akan berhenti sejenak. Beerhenti sejenak namun bukan berarti menyerah. Ia berhenti untu mengumpulkan tenaganya dan terus berusaha untuk melewati hadangan tersebut. Hingga hadangan tersebut bisa terlewati demi tujuan akhirnya. Yaitu sebuah hilir di lautan yang menjadi tujuan akhirnya.

Lantas, bagaimana dengan diri kita? Tentu ada baiknya kita meniru apa yang dialami oleh sungai. Dalam hidup kita, kita harus punya tujuan yang pasti. Kita harus fokus untuk meraihnya. Jangan gampang menyerah bila ada hadangan di depan kita. Dan tetaplah tenang tanpa banyak sesumbar. Karena air tenang menghanyutkan dan air beriak tanda tak dalam.

Minggu, 21 Desember 2014

Akhir Pekan Kelabu

Saat itu jam dinding menunjukkan jam 1 pagi. Tubuhku pun sudah terlalu nyaman berbaring di kasur yang alakadarnya. Namun tiba2 terdengar bunyi "Dooppp", bunyinya seperti lampu bohlam yang baru saja dilempar. Aku pikir itu mungkin lagi2 saluran listriknya kosleting. Temanku yang ada di lantai bawah memanggil-manggil namun tak ku hiraukan karena aku sudah terlalu nyaman. Sesaat setelah itu, sepertinya si Acong menyalakan lagi saklarnya. Dan hasilnya....hanya lantai atas yang menyala. Tapi lantai bawah tetap gelap gulita.
Paginya lagi2 si Acong memanggil-manggil lagi, kali ini aku tanggapi. Dia menceritakan apa yang terjadi. Setelah kami selidiki ternyata ada stop kontak yang memang sudah terlalu kotor dan tua. Mungkin itu sebabnya mengapa terjadi konsleting. Maklum saja, rumah kontrakan yang kami tempati ini memang sudah tua. Setelah membongkar stop kontak yang rusak tadi, seoalah masalah sudah selesai. Dan ketika saklar dinyalakan...yiha. Lampu menyala !! Aku dan Acong pun saling menjabat tangan. Lalu aku kembali ke atas menuju kamarku. Dan ternyata..sekarang giliran lantai atas yang padam listriknya.

Lalu kami pun harus menyelidiki lagi, mana yang mengalami konsleting. Tapi belum ketemu-ketemu juga. Aduh mak..padahal tugas kuliahku sudah menggunung yang mepet deadline. Ya sudah..saat itu kuputuskan untuk pergi ke LIMUNY untuk mengerjakan tugasku. Mumpung masih ada kuota internetan gratis di sana hehe. Tapi apa di kata..kenyataan memang belum tentu seindah harapan. Sampai di LIMUNY ternnyata tutup. Terpaksa aku kembali lagi ke kontrakan. Dan nebeng listrik di kamarnya si Acong pun jadi pilihanku.

Menjelang asar salah satu tugasku selesai kukerjakan. Aku pun kembali ke kamarku lagi, kulihat ada sebuah  kabel roll sepanjang 12 meter tergeletak di kamar. Duh kok ga kepikiran ya tadi? Mungkin karena terlalu kecewa tadi, jadi lupa kalau ada kabel roll yang nganggur di kamar. Oke..langsung saja aku tancapkan kabel roll itu di kamar Acong. Dan kuulur kabelnya hingga ke kamarku. Hahaha ternyata nyampe kabelnya. Lumayan lega...hehhe. Alhasil kedua tetangga kamarku ikut2an nebeng colokan ke roll kabelku. Hahah

 Masalah listrik telah teratasi, tapi saat malam...Tetap saja gelap. Saklar lampunya ada di lantai atas. Saklar pompa airnya pun juga ada di atas. Ah,,sialnya..lagi2 bisa terancam ga mandi lagi ini. Soalnya memang udah sering bermasalah pompa airnya. Termasuk kejadian yang ini total udah 4 kali pompa air ga bisa digunaiin.
Sabtu malam saat itu benar2 gelap. Benar2 akhir pekan yang kelabu. Tapi pas nonton film di laptop malah berasa kaya nonton di bioskop. Dan saat aku menulis cerita ini pun (Minggu malam), masih dalam keadaan gelap-gelapan. Dan belum mandi juga sejak hari sabtu. Terakhir mandi sepertinya sabtu pagi wkwkwkwkwk

Sabtu, 13 Desember 2014

Ketika Bertepuk Sebelah Tangan

Apa yang kita pikirkan belum tentu sama dengan yang dipikirkannya. Kita begitu menyukainya namun dirinya belum tentu menyukai kita. Saat kita berusaha mengejarnya, ia malah sibuk dengan yang lainnya. Entah sedang menunggu ataupun mengejar orang lain. Kita boleh mencoba mengetuk pintu hatinya. Namun membuka atau menutup adalah tetap menjadi haknya.

Perasaan yang bertepuk sebelah tangan memang begitu menyiksa. Hati yang tadinya berbunga-bunga mendadak jadi begitu menyesakkan. Namun..tunggu dulu. Bukankah kita ini seorang pria? Logika kita lebih berbobot daripada sebuah perasaan yang kita miliki. Dia memang menolak kita, namun bukan berarti kita tak pantas untuknya. Bisa jadi dialah yang belum pantas untuk diri kita. Dan pasti juga ada yang lebih baik lagi dari dia. Bila skenario cinta di FTV begitu indah. Bukankah skenario dari yang memiliki alam semesta ini lebih indah? Yuk mari kita ikuti saja skenario cinta dari Yang Maha Berkuasa.

Jodoh bukanlah tentang siapa kita dan siapakah dirinya. Namun tentang bagaimanakah kita dan bagaimanakah dia. Karena jodoh adalah soal kepantasan dan cerminan diri kita. Orang baik tentu akan berjodoh pula dengan orang baik. Namun bukan berarti kita harus kembar identik dengan lawan jenis kita. Karena pada dasarnya pria dan wanita memang diciptakan berbeda. Berbeda karena punya fungsi yang berbeda. Perbedaan yang nantinya akan saling melengkapi ketika mereka menjadi satu dalam sebuah cinta.

Rabu, 19 November 2014

Fans Layar Kaca? Maaf Kali ini Tidak

Kita semua tahu bahwa sepakbola merupakan tontonan yang sangat menarik bagi yang suka sepakbola. Bagi yang suka ?? Ya kalau saya mengatakan sangat menarik bagi semua orang. Pasti nanti bakalan ada yang protes. Jadi disini saya katakan, "bagi yang suka sepakbola". Hehe. Dan tentunya, beberapa diantara kita pasti ada yang menjadi salah satu fans tim/klub sepakbola.  Dan saya sendiri dari tahun 2006 sudah suka Liverpool FC. Tahun 2012 saya resmi menjadi salah satu anggota BIGREDS, Liverpool Fans Club Indonesia. Namun tim sepakbola yang paling saya dukung dan sangat cintai tetaplah Timnas Indonesia. Karena sejatinya saya masih warga negara Indonesia.

Jauhnya jarak antara Indonesia dengan Inggris, negara asal Liverpool FC. Jelas saja membuat kami para kopites, julukan fans Liverpool. Hanya menjadi fans layar kaca, bukan fans yang sesungguhnya. Ada yang bilang, fans yang sesungguhnya ialah yang selalu bisa hadir langsung di pinggir lapangan ketika tim favoritnya bertanding. Namun itu pun tak jadi masalah bagi saya. Menurut saya sebaiknya jadilah fans yang realistis. Janganlah menjadi fans yang terlalu fanatik. Fanatik sebenarnya boleh, akan tetapi sesuatu yang berlebihan itu tak baik. Apalagi menjadi fans yang sampai membabi buta, aduh jangan sampai ya. Bila belum mampu menonton langsung di Inggris ya jangan dipaksakan. Bila belum ada kuota internet untuk nonton via streaming juga jangan dipaksakan beli kuota saat uang mulai menipis. Ingat, walau bagaimanapun masa depan dan kehidupan kita jauh lebih penting dari sekedar sebuah klub sepakbola.

Namun sebagai manusia kita harus berusaha bila ada keinginan yang dicapai. Terlebih bila ada kesempatan yang dapat kita manfaatkan. Dan saat itu, ternyata ada kesempatan bagi para kopites Indonesia untuk tidak sekedar menjadi fans layar kaca. Kesempatan nonton Liverpool FC langsung di Inggris dan gratis? BUKAN!! Tapi 20 Juli nanti Liverpool menyempatkan diri mampir ke Indonesia untuk bertanding. Tepatnya Liverpool akan menantang Indonesia XI di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta. Kalau katanya kesempatan itu belum tentu datang dua kali. Ya okee, saya iyain aja deh. Bulan Juni langsung saja saya memesan tiket dan mendaftar ikut rombongan BIGREDS JOGJA Tindak GBK. 

Kamis, 18 Juli 2012 tiga buah bus melesat dari Jogja menuju Jakarta. Beruntung saya berada di bus urutan pertama. Beruntung? Ya sebenarnya biasa saja sih, tapi dari dulu rasanya seneng gitu kalau ada di urutan pertama. Jadi yang saya anggap beruntung hehe. Awalnya memang terasa begitu nyaman, enjoy, santai, dan penuh kebahagiaan. Namun nyatanya saya sempat hampir ditinggalkan oleh rombongan karena tertidur di tempat transit, tepatnya di daerah Majenang, Cilacap. Untung saja saya tiba2 terbangun beberapa detik sebelum bus melanjutkan perjalanan. Sampai di bus ternyata saya memang sedang dicari-cari dan ditunggu. Hehehe untung saja, lega, nyaris saja status saya bakal menjadi mahasiswa hilang dari rombongan. Alhamdulillah saya masih disayangi Allah SWT saat itu.

Sebelum masuk GBK

Pas Nonton Latian terbukanya 



Selasa, 28 Oktober 2014

Cinta ?

Cinta itu bukan atas paksaan
Cinta itu sukarela
Sukarela selalu tanpa alasan
Tanpa merasa berkorban itulah sukarela

Cinta itu karena terbiasa
Dan tak akan pernah datang tiba2
Sama seperti kita tumbuh menjadi dewasa
Cinta tentulah ada prosesnya

Cinta pandangan pertama itu tak pernah ada
Suka pandangan pertamalah yang selalu ada
Suka belum tentu cinta
Namun cinta pastilah suka
Berawal dari suka, berujung dengan cinta
Cinta pastilah suka

Cinta itu saling melengkapi
Cinta itu tak butuh yang sempurna
Cinta hanyalah butuh pelengkap
Pelengkap segala kekurangan

Yang menghancurkan bukanlah cinta
Karena cintalah yang menguatkan
Yang menjerumuskan bukanlah cinta
Cinta ialah yang membimbing
Cinta itu kebahagian dan keselamatn

Ah itu cuma bualanku tentang cinta. Jangan terlalu dipikirkan apalagi dipercaya. Hanya kutulis yang kebetulan melintas di otakku saat ini. 


Minggu, 26 Oktober 2014

Hanya Beratapkan Langit Pun Tak Masalah

Sempat tertunda seminggu karena tugas yang tiba2 dikejar deadline. Akhirnya rencana refreshing di Gunung Andong pun terlaksana. Selepas Magrib kami langsung berangkat menuju Base Camp Andong. Harap2 cemas sempat menghantui kami saat melintas di depan Artos Magelang. Ya, jalanan di situ ternyata sudah basah terkena air hujan beberapa menit yang lalu. Kami harap setelah itu tak ada hujan lagi malam itu. Namun apa daya bila Allah berkehendak tak seperti harapan kita. Sebagai makhlukNya, kita hanya bisa pasrah menerima kehendaknya. Hujan rintik2 mengguyur kami saat melintas di Jalan Kopeng.

Beberapa temanku saat itu langsung mengenakan jas hujan. Aku? Sengaja aku tak memakainya karena ada beberapa alasan. Yang pertama aku malas membongkar packingan yang telah rapi2 aku susun. Yang kedua, hujan belum deras dan masih rintik2 saja. Yang ketiga, insting sok tahuku mengatakan hujan ini akan segera reda. Dan kali ini insting sok tahuku memang2 bener2 tepat dan bukannya sok lagi. Hujan rintik2 pun mereda. Tanpa pikir panjang, kami langsung tancap gas.

Sampai di Base Camp Gunung Andong "Taruna Jayagiri" , tepatnya di Dusun Sawit, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang. Kami berhenti, terus memarkir motor2 kami, dan setelah itu hujan pun kembali mengguyur lagi. Huh..apakah kegiatan kami kali ini tak mendapat restu? Katanya restu orangtua juga restu Allah. Kami pun juga sudah mendapat restu dari orangtua kami. Berdoa sebelum berangkat pun sudah kami lakukan. Ah tapi sudahlah, kita ikuti saja aturan Yang Maha Kuasa. Mungkin Allah sudah menyiapkan rencana lain saat itu. Karena Allah tahu yang terbaik untuk kami.

Ternyata saat itu Allah menyuruh kami untuk menemani salah satu teman kami istirahat dulu di Base Camp. Dia ternyata sedang tidak enak badan, masuk angin sepertinya. Beberapa ada yang tidur setelah makan dan minum. Sebagiannya lagi malah bermain kartu, termasuk aku hehe. Jam 11 malam aku memutuskan untuk tidur. Namun apa daya ternyata aku pun malah tak bisa tidur. Jam 1 pagi hujan pun reda dan kami pun mulai berembug untuk memutuskan keputusan yang terbaik untuk kami semua. Kami memutuskan untuk mendaki Gunung Andong saat itu juga, namun sebagian dari kami tetap ada yang menemani teman kami yang sakit. Insyaallah mereka akan segera menyusul kami setelah itu.

Alhamdulillah trek pendakian kali ini benar2 paling ringan dibanding trek2 yang sebelumnya. Ya mungkin saja karena ketinggiannya yang hanya sekitar 1726 m dpl. Bahkan itu masih kalah dengan Base Camp Gunung Prau yang mencapai 2000 m dpl. Hahaha benar saja tak sampai dua jam kami sampai di puncaknya. Padahal sepanjang perjalanan pun kami teralalu sering berhenti untuk bermain gitar dan bernyayi. Bahkan sampai ada yang boker juga.
Penampakan salah satu trek Andong, tapi ini pas pagi

Kami seharusnya begitu sampai puncak langsung mendirikan dome. Ah tapi kurang efisien juga karena tak sampai dua jam lagi pun sudah sunrise. Akhirnya kami hanya menggelar matras dan tidur dengan sleeping bag. Saat itu kami pun hanya tidur beratapkan langit dan bintang2. Tapi bagi yang tidur sih, soalnya malah ada yang masih melek sambil hunting foto. Beruntung puncak Andong tak sedingin Gunung Prau. Mungkin kalo di Gunung Prau mau tak mau tetap harus mendirikan dome. Bila tidak, Hypothermia pun tak akan sulit untuk segera menyerang.
Kupandang Gunung Merbabu saat Sun Rise

Sumbing Sindoro pun keliatan


Full team